Ingin investasi jangka panjang yang relatif aman dan kecil risikonya? Obligasi bisa menjadi salah satu pilihan. Selain mendapat bunga secara teratur, pemilik obligasi juga bisa menjual portofolionya jika harga sedang tinggi untuk mendapat untung.
Obligasi adalah investasi surat utang jangka menengah atau panjang yang dapat dipindahtangankan, yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.
Berbeda dengan harga saham yang dinyatakan dalam bentuk mata uang, harga obligasi dinyatakan dalam persentase (%), yaitu persentase dari nilai nominal. Ada tiga kemungkinan harga pasar dari obligasi yang ditawarkan, yaitu:
Pertama, Par (nilai Pari) yaitu harga obligasi sama dengan nilai nominal. Contoh, obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual pada harga 100%, maka nilai obligasi tersebut adalah 100% x Rp 50 juta = Rp 50 juta.
Kedua, dengan harga premi yaitu harga obligasi lebih besar dari nilai nominal. Contoh, obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual dengan harga 102%, maka nilai obligasi adalah 102% x Rp 50 juta = Rp 51 juta.
Ketiga, dengan discount yaitu harga obligasi lebih kecil dari nilai nominal. Contoh, obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual dengan harga 98%, maka nilai dari obligasi adalah 98% x Rp 50 juta = Rp 49 juta.
Obligasi biasanya berjangka waktu mulai dari 1 sampai 10 tahun tapi rata-rata memakai periode 5 tahun. Penerbit obligasi biasanya membayar bunga setiap tiga bulanan. Besaran bunga ini biasanya di atas deposito.
Ketika obligasi jatuh tempo, maka penerbit harus membayar sesuai dengan nilai pari dari obligasi tersebut beserta bunga atau kupon dari obligasi tersebut.
Berbeda dengan saham atau reksa dana investasi obligasi biasanya memakan dana besar. Maka tak heran obligasi banyak dijadikan investasi oleh lembaga keuangan. Kebanyakan obligasi diperjualbelikan dalam satuan Rp 100 juta sampai Rp 1 miliar per lot.
Tapi saat ini banyak perusahaan penerbit juga yang menjual obligasi dalam bentuk ritel dengan pecahan Rp 5 juta.
Jika belum jatuh tempo, pemegang obligasi juga dapat memperjual belikannya kepada pihak lain sesuai dengan nilai atau harga pasar.
Investor juga biasanya melihat tingkat yield atau imbal hasil untuk melihat pergerakan harga ke depan. Yield adalah hasil yang akan diperoleh investor apabila menempatkan dananya untuk dibelikan obligasi. Jika saat ini yield naik, investor sudah bisa memperkirakan harga ke depan cenderung turun.
Tapi meski relatif aman, obligasi juga memiliki risiko yang harus diperhatikan investor. Pertama, risiko tingkat suku bunga (interest rate risk). Jika tingkat suku bunga di pasar meningkat maka harga obligasi akan menurun begitu pula sebaliknya.
Kedua, risiko gagal bayar (default risk). Jika perusahaan penerbit mengalami kesulitan keuangan dan tidak menepati janjinya untuk membayar kupon atau bunga obligasi setiap tahun atau pokok dari investasi (nilai pari).
Ketiga, risiko pembelian kembali (call risk). Perusahaan penerbit biasanya memakai hak untuk membeli kembali (buy back) obligasi yang telah dikeluarkan pada tahun tertentu. Investor akan rugi jika pada saat buy back harga sedang turun.
Keempat, risiko nilai tukar mata uang (exchange rate risk). Jika obligasi yang dibeli dalam satuan dolar AS, maka kupon yang Anda terima berupa dolar AS. Bila semakin menguatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS maka nilai nominal rupiah yang akan Anda terima menjadi lebih sedikit demikian juga sebaliknya.
Kelima, risiko likuiditas. Dalam hal ini kesulitan untuk menjual kembali obligai pada harga pasar mungkin saja terjadi, sehingga investor yang butuh jual cepat bisa terhambat.
Siapa yang menerbitkan obligasi?Obligasi memiliki beberapa jenis, yaitu yang diterbitkan perusahaan baik swasta maupun BUMN. Kemudian ada obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat seperti SUN, ORI. Serta yang masih jarang di Indonesia adalah Municipal Bond yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik.
Dilihat dari sistem pembayaran bunga jenisnya ada: Zero Coupon Bonds yaitu obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik. Namun, bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo.
Coupon Bonds yaitu obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik sesuai dengan ketentuan penerbitnya. Fixed Coupon Bonds yaitu obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik.
Serta Floating Coupon Bonds yaitu obligasi dengan tingkat kupon bunga yang ditentukan sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu seperti average time deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga deposito dari bank pemerintah dan swasta.
Sedangkan jika dilihat dari hak penukaran atau opsi jenisnya ada Convertible Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik penerbitnya.
Exchangeable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya. Callable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut. Serta Putable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada investor yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya jenisnya ada Secured Bonds yaitu obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Serta Unsecured Bonds yaitu obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya secara umum.
Untuk menghindari risiko di atas, investor juga sebaliknya memperhatikan pemeringkat perusahaan yang menerbitkan obligasi. Semakin tinggi ratingnya semakin bagus perusahaan membayar kewajibannya kepada investor.
Yang perlu diperhatikan juga adalah risiko inflasi. Jangan sampai bunga yang diterima lebih kecil dari inflasi sehingga nilai dana yang diterima tergerus. Jika melihat risiko di atas tak heran kalau obligasi disarankan untuk investasi jangka panjang.
Minggu, 11 Mei 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar